Tidak terasa kita telah sampai di tahun 2014, tahun politik Indonesia. Pesta demokrasi berupa pemilu legislatif dan pemilu presiden siap digelar 9 April dan 9 Juli 2014.

Tercatat 180 juta penduduk berhak menyalurkan suaranya. Jumlah ini termasuk diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok dunia. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah diaspora ini akan ‘meluangkan’ waktunya untuk memilih wakilnya di pemerintahan?

Stereotype yang kerap muncul adalah diaspora, terutama generasi muda ‘terlalu sibuk’ untuk melangkahkan kakinya ke Kedutaan Besar ataupun Konsulat Jenderal Republik Indonesia, sebagai tempat pemungutan suara (TPS) di luar negeri. Diaspora Indonesia, apatis atau memang buta politik?Salah seorang diaspora Indonesia berkomentar bahwa dia tidak punya rencana untuk berpartisipasi dalam pemilu legislatif mendatang. Alasannya klasik: kurang informasi tentang latar belakang kandidat dan program yang diusulkan.

Stereotype yang kerap muncul adalah diaspora, terutama generasi muda ‘terlalu sibuk’ untuk melangkahkan kakinya ke Kedutaan Besar ataupun Konsulat Jenderal Republik Indonesia, sebagai tempat pemungutan suara (TPS) di luar negeri

Lalu salah satu calon anggota DPR yang mewakili daerah pilih (dapil) Jakarta II, yang mencakup Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan luar negeri sempat menanyakan mengapa dia harus menghabiskan waktu dan uang untuk menjakau pemilih di luar negeri. Prinsipnya adalah one man one vote, maka akan lebih baik jika dia berusaha meraup suara domestik. Pemilih luar negeri yang tersebar di banyak negara semakin memperumit koordinasi kampanye, lebih mudah bermobilisasi di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Namun, fakta menunjukkan pemilih luar negeri mencakup hampir separuh (46%) dari total pemilih di dapil Jakarta II. Artinya diaspora berpotensi mendapatkan 3 dari 7 kursi yang diperebutkan. Gambaran ini menunjukkan akan kritikalnya peran yang dimainkan diaspora Indonesia. Jangan sampai diaspora salah pilih atau yang lebih parah memilih menjadi golput.
‘Diaspora Memilih’ dan Pemilu 2014

Untuk Pemilu Legislatif, persoalan klasik yang sering muncul pada pemilih luar negeri adalah: tidak mengenal dengan siapa yang akan dipilih, bagaimana cara memilih dan di mana lokasi tempat pemungutan suara (TPS) terdekat. Selain itu, para caleg pun tidak mengerti bagaimana cara terbaik untuk menjangkau seluruh diaspora.Menjawab masalah ini, Global Indonesian Voices (GIV) yang merupakan platform media komunitas online berbasis di Singapura untuk Diaspora Indonesia di seluruh dunia memutuskan untuk meluncurkan program Diaspora Memilih.

feauture-2Diaspora Memilih menargetkan untuk menjadi yang terdepan dalam penyajian informasi dan literasi politik Pemilu 2014 yang berhubungan dengan diaspora Indonesia. Diharapkan situs ini dapat meningkatkan pengetahuan dan partisipasi pemilih luar negeri. GIV berharap dapat membantu pemilih mengetahui bagaimana, di mana, dan siapa yang akan dipilih. Dengan filosofi yang jujur, netral dan independen.

Situs ini sendiri memuat informasi penting seperti profil partai dan semua calon legislatif (caleg) dapil Jakarta II. Tidak ketinggalan, informasi pemilu terutama mekanisme pemilu, cara memilih, dan lokasi TPS berdasarkan negara.
Dengan bekerjasama dengan inisiatif AyoVote, situs Diaspora Memilih juga menyajikan konten pendidikan politik. Beberapa di antaranya termasuk konten sejarah pemilu dan sistem pemerintahan Indonesia. Seperti halnya apa itu MPR, DPR dan sebagainya, yang disajikan untuk meningkatkan literasi politik warga Indonesia di luar negeri.

Situs Diaspora Memilih juga memfasilitasi ruang bagi para caleg dapil Jakarta II yang berniat untuk bersosialisasi secara online melalui ‘profile page‘ masing-masing caleg. Selain itu, akan dipersiapkan juga sejumlah program seperti online debate para caleg, liputan kegiatan caleg di dalam/luar negeri, dan sesi tanya jawab online dengan para caleg.
Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Dr Gun Gun Heryanto menyambut baik gagasan yang menurutnya edukatif dan cemerlang. Dr Gun yang menjabat sebagai penasehat program ini menekankan akan pentingnya peningkatan literasi politik diaspora.

More on Global Indonesian Voices

GIV is based in Singapore and is an independent online media platform by and for Indonesians globally. GIV publishes daily stories that are intended bridge the gap between Indonesia and the world. In December 2013, it successfully organized the GIV Young Leaders’ Night, an educational event that was intended to improve the literacy of Indonesian politics abroad. And to follow up on its success, GIV recently launched the ‘Diaspora Memilih’ initiative, a one-stop web portal which aims to boost the overseas participation rate of the 2014 Indonesian election. For any enquiries regarding GIV please contact editor@givmailbox.com

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Dr. Andri Hadi, menyatakan dukungan penuhnya terhadap Diaspora Memilih. “Mari, kita pastikan semua PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) di seantero dunia mengetahui inisiatif ini, saya berharap diaspora akan menggunakan hak suaranya”, tuturnya.

Tidak muluk-muluk, GIV berharap untuk dapat memfasilitasi pemilih luar negeri dan caleg Dapil Jakarta II dalam upaya mengkonsolidasikan demokrasi Indonesia. Jangan sampai apatisme politik semakin meningkat. Saatnya Diaspora ikut menentukan nasib tanah air dimanapun mereka berada – Pemilu 2014 adalah Saatnya Diaspora Bersuara!
This article originally appeared in Global Indonesian Voices, an independent online media written by Indonesians abroad.
www.globalindonesianvoices.com